top of page

Kekuatan Sejati Ada Didalam Dirimu

  • Writer: Devita Sari
    Devita Sari
  • May 2, 2017
  • 3 min read

'You can not use your hands to cover every mouth or prevent their actions but you can use both your hands to cover your ears and hold your chest to stay firm'

6 Tahun di Sekolah Dasar, Aku bersyukur masih memiliki psikologis yang normal (setidaknya yang kurasakan seperti itu) hingga kini. Hari-hariku dilalui dengan kejutan, ancaman, dan bentuk-bentuk penindasan lainnya. Tak perlu aku menyebutkan tokoh-tokoh pentingnya, aku telah memaafkan dan berdamai dengan keadaan. Namun, untuk melupakannya serasa mustahil. 2 tahun awal di SD aku adalah sosok ceria yang sangat cerewet, bahkan sempat menjadi ketua kelas. Semua berubah ketika memasuki kelas 3 dimana komplek SDku yang terdiri dari 2 sekolah digabung. Ternyata persekutuan pertemanan (read: GENG) dari SD sebelah sangat kuat.. Aku tidak mengetahui bagaimana mereka sangat tidak bisa menerima kehadiranku. Bagi mereka, bintang yang bersinar, cukup hanya satu, bintang dari SDnya saja. Persaingan tidak sehat pun muncul, serangan psikologis adalah makananku sehari-hari. Teman-teman terbaikku diancam akan dikucilkan jika berteman denganku. Bayangkan seorang anak SD tidak memiliki teman dikelas! Dijegal hingga jatuh saat akan maju di depan kelas, dibisikkan kata-kata yang merendahkan, dijebak hingga harus mengumpulkan berkas ujian lebih awal dari waktunya, digunjingkan di belakang, tidak diajak dalam kegiatan ekstra kelas, diberantakkan rambut panjangku, dipukul, bukan hanya cerita di film-film. Suatu ketika, aku memiliki nilai yang lebih baik dari salah satu anggota geng tersebut.. maka dilabrak pun adalah hal yang wajar bagiku. Sering kali, aku pulang ke rumah dengan menangis. Keadaan ini diperparah dengan kondisi kesehatanku yang tidak baik saat itu. Aku menderita Asma yang sering kambuh dan perasaan gelisah setiap sore hari, mungkin karena efek obat yang banyak sekali aku konsumsi saat itu, entahlah aku juga kurang paham. Aku bukanlah bocah yang bisa bercerita banyak tentang apa yang aku rasakan saat itu. Saat aku SD, aku tidak diijinkan orang tua untuk mengikuti mata pelajaran olahraga karena kondisiku. Tiap teman-teman olahraga di lapangan SD atau keluar lingkungan SD, aku hanya sendiri diam di depan kelas, menanti agar waktu berlari dengan cepat... Pernah suatu saat, aku benar-benar tidak tahan dan ingin keluar dari SD, tapi guru-guruku terlalu baik, aku mencintai mereka meski mereka tak pernah tau bagaimana aku diperlakukan di sekolah. Pak Wito guru IPA ku, Bu Ririn guru matematika ku, Bu Erna guru segalanya dll. Mereka benar-benar menganggap ku ada, selalu membantuku menyiapkan olimpiade yang kerap aku ikuti selama aku SD mulai dari nol. Mereka adalah sebenar-benar nya pahlawan tanpa tanda jasa dalam hidupku. 'Biarkan mereka berkata semau mereka, buktikan saja dengan hasil bahwa kamu tidak seperti itu', demikian inti nasihat yang selalu Ibuku katakan untuk menenangkanku saat aku merasakan gelisah setelah dihujat dengan kata-kata yang merendahkan.

Dan benar saja, dibalik itu semua meskipun aku tak pernah juara I di sekolah semenjak SD digabung, aku harus bersyukur, Allah tidak pernah tidur, Allah maha adil, Allah melihatku, melihat apa yang terjadi padaku, mengetahui apa yang aku rasakan, mengetahui apa yang aku usahakan hingga memberikan ladang prestasi lain bagiku yaitu Juara II murid teladan putri Kota Blitar dan Juara II IPA Kota Blitar tingkat SD. Sejak saat itu, aku lebih sering mengikuti pelatihan diluar sekolah. Hal itu membuatku lega karena teman-teman olimpiadeku baik-baik padaku... 'Kekuatan sejati ada dalam dirimu, tak peduli seberapa keras mereka menghambatmu, kamu lah yang berhak mengambil keputusan, seberapa kuatkah dirimu' Aku tidak tahu pasti, namun mungkin kejadian yang tak pernah bisa aku lupakan itulah yang membentuk aku menjadi introvert hingga kini. Aku merasakan sangat kelelahan jika berada di keramaian bersama teman-temanku, enggan bermain keluar, dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu dirumah bersama keluargaku. Hingga saat ini, aku merasakan ada ekspresi yang aku pendam yang sangat melelahkan ketika aku berada dengan teman-teman dan aku merasa sangat nyaman dan bebas ketika sendiri. Entahlah sampai kapan kurungan ini memenjarakanku. 6 tahun berlalu, aku bisa melaluinya dengan baik berkat support dari Ibuku yang selalu menenangkanku terutama saat aku pulang sekolah dengan menangis di jalanan dan tentunya guru-guru SD ku yang mensupportku hingga aku bisa diterima di salah satu SMP favorit di Kota Blitar, yaitu SMPN 2 Blitar. Sejujurnya saat itu, aku sempat kurang bersyukur, kenapa aku tidak diterima di SMPN 1 Blitar, SMP terfavorit pada saat itu karena nilaiku kurang 0,5/30. Namun, aku telah memetik hikmahnya... (next story: masa SMP)

Comments


You Might Also Like:
bottom of page